Laman

Rabu, 07 November 2012

Jamais vu



Jamais vu (dari bahasa Perancis, yang berarti "pernah melihat") adalah istilah dalam psikologi yang digunakan untuk menggambarkan situasi akrab yang tidak diakui oleh pengamat.

Sering digambarkan sebagai kebalikan dari déjà vu, jamais vu melibatkan rasa keseraman dan kesan pengamat dari melihat situasi untuk pertama kalinya, meskipun secara rasional mengetahui bahwa ia telah berada di situasi sebelum. Jamais vu lebih sering dijelaskan sebagai ketika seseorang sesaat tidak mengenali kata, orang, atau tempat yang mereka sudah tahu. Jamais vu kadang-kadang dikaitkan dengan beberapa jenis aphasia, amnesia epilepsi, dan.

Secara teoritis, seperti yang terlihat di bawah ini, vu jamais perasaan dalam penderita gangguan mengigau atau keracunan dapat mengakibatkan penjelasan mengigau itu, seperti dalam khayalan Capgras, dimana pasien membutuhkan orang yang dikenal oleh dia untuk palsu ganda atau penipu. Jika penipu adalah dirinya sendiri, pengaturan klinis akan sama dengan yang digambarkan sebagai depersonalisasi, maka jamais vus dari diri sendiri atau dari "realitas realitas" sangat, yang disebut depersonalisasi (atau surreality) perasaan.

Apa itu Deja Vu ??



Deja vu, yang asal katanya diambil dari Bahasa Perancis, adalah suatu perasaan ketika seseorang mengalami sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. Sekelompok orang mengasosiasikannya dengan gangguan pada otak sedangkan lainnya menghubungkan Deja vu dengan kehidupan lain di masa lalu. Pada suatu waktu, beberapa di antara kita tentu pernah mengalami hal ini. Apa sih sebenarnya Deja vu ini?

Apakah anda pernah mengalami situasi di mana secara sadar anda mengenal betul situasi itu yang menurut anda telah anda lalui sebelumnya? Apakah anda pernah mengalami suatu situasi di mana anda bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya dan kemudian hal itu benar-benar terjadi seperti yang anda rasakan telah anda lalui sebelumnya? Jika anda pernah mengalami hal-hal tersebut, itulah yang dinamakan Deja vu. Apakah Deja vu itu? Deja vu merupakan peristiwa di mana seseorang merasa yakin telah mengalami situasi baru sebelumnya. Selama mengalami sebuah situasi baru, seseorang merasakan suatu kesamaan dengan sesuatu yang dialami di masa lalu. Seseorang merasa telah melalui hal yang sama baru saja terjadi di masa lalu atau telah melihat hal itu dalam mimpinya. Istilah Deja vu ini pertama kali diperkenalkan oleh Emile Boirac yang merupakan seorang peneliti di bidang psikologi berkebangsaan Perancis. Kebanyakan mereka yang mengalami Deja vu mengklaim telah melihat sesatu dalam mimpi mereka atau sangat yakin telah melihat itu beberapa waktu yang lalu.

Beberapa Jenis Deja vu

Deja Senti: perasaan ini merujuk pada sesuatu "yang sudah dirasakan". Hal itu merupakan fenomena kejiwaan dan para peneliti meyakini bahwa sesuatu yang telah dirasakan di masa lalu itu sangat mirip dengan yang dirasakan saat ini. Kesamaan pada kedua pengalaman tersebut membuat seseorang merasa bahwa dia telah merasakan hal yang sama di masa lalu.

Deja Vecu: suatu perasaan bahwasanya segala sesuatu yang sedang terjadi baru saja itu identik dengan apa yang terjadi sebelumnya serta satu gagasan tidak wajar tentang apa yang akan terjadi berikutnya, diterminologikan sebagai Deja vecu. Seseorang yang mengalami perasaan Deja vecu mengklaim telah mengetahui apa yang sedikit lagi akan terjadi dan kadang kala merasa telah mengingat hal tersebut.

Deja Visite: Bentuk Deja vu ini merupakan suatu perasaan pernah mengunjungi suatu tempat yang benar-benar baru. Seseorang yang mengalami bentuk Deja vu ini mengklaim memiliki pengetahuan tentang sebuah tempat yang belum dikunjungi. Seseorang mengklaim mengetahui letak geografi suatu tempat, ketika dia belum pernah ke sana dalam kenyataannya. Deja visite dicirikhaskan dengan sebuah pengetahuan tidak wajar tentang suatu tempat yang belum pernah dikunjungi.

Para peneliti telah lama mencari berbagai sebab di balik Deja vu. Mereka mengasosiasikan penyakit-penyakit seperti schizophrenia, kegelisahan atau gangguan neurologi lainnya. Para peneliti belum mencapai kesuksesan dalam membangun hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan Deja vu.

Namun, para peneliti telah menemukan bahwa Deja vu bisa saja merupakan hasil dari kegagalan sistem kelistrikan otak. Deja vu dipercaya sebagai suatu sensasi yang salah pada ingatan atau memori. Beberapa obat-obatan juga dipercaya sebaga salah satu faktor yang memicu Deja vu. Obat-obatan seperti amantadine dan phenylpropanolamine telah diteliti sebagai penyebab perasaan Deja vu. Beberapa obat-obatan bisa menyebabkan aksi hyperdopaminergic pada area mesial temporal otak yang menyebabkan Deja vu.

Otak manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat menarik. Sudah merupakan kecenderungan otak untuk menarik kesimpulan dari berbagai situasi yang berbeda. Otak seringkali mencoba untuk bereksperimen mereproduksi suatu situasi yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu antisipasi beberapa kejadian oleh seseorang bisa membuat orang tersebut berpikir bahwa dia telah mengalami suatu kejadian yang sama di masa lalu.

Yang menarik di sini, bisa saja terjadi bahwa salah satu dari mata kita melihat sesuatu sebelum mata yang lain. Satu mata merekam kejadian sebelumnya. Mata yang lainnya, yang merekam kejadian yang sama beberapa milidetik kemudian, membuat otak merasakan ingatan. Salah satu mata merasakan sesuatu dan otak mengartikannya. Mata lain yang tertinggal beberapa milidetik merasakan hal yang sama dan mengirim gambar tersebut ke otak. Begitu otak merasakan hal yang sama beberapa milidetik kemudian, orang tersebut merasa bahwa dia telah melihat itu sebelumnya. Gagasan ini tidak dapat menjadi alasan tepat untuk Deja vu karena orang yang hanya memiliki satu mata juga mengalami Deja vu.

Tidak semua orang percaya bahwa semua bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Beberapa teori terkait dengan Deja vu pada kemampuan fisik tertentu yang dimiliki manusia, di lain pihak, orang lain mengatakan bahwa perasaan Deja vu merupakan hasil dari kehidupan lain di masa lalu. Memang benar, Deja vu memiliki sifat-sifat misterius.




Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton.

Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.

Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?

Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif

Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.

Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.

Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium


Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.



Selasa, 06 November 2012

4 Musim di Jepang

      Bagi yang udah tau silahkan di beri kritik jika ada yang salah,dan bagi yang belom tau,Jepang adalah salah satu negara yang memiliki 4 musim yang di sebut Shiki.Masing-masing musim berjarak sekitar tiga bulan.

1. Musim Semi (春, haru) = 4 Februari – 5 Mei
2. Musim Panas ( 夏, natsu) = 6 Mai – 7 Agustus
3. Musim Gugur ( 秋, aki) = 8 Agustus – 6 November
4. Musim Dingin ( 冬, fuyu) = 7 November – 3 Februari

        Pertama adalah musim semi (spring,春, haru). Musim ini adalah musim dimana masyarakat jepang sangat bergembira menyambut mekarnya bunga sakura yang sangat di nanti-nanti setiap tahunnya.Masyarakat jepang memiliki tradisi menyaksikan secara langsung mekarnya bunga sakura yang terjadi pada akhir maret sampai awal april.Tradisi itu di sebut Hanami (花見?, melihat bunga) atau Ohanami. Musim semi di tandai dengan mulai mekarnya bunga phon plum(ume), dan setelah pohon plum berhenti bermekaran, barulah bunga Sakura mulai mekar. Mekarnya bunga sakura adalah lambang kebahagiaan untuk menyambut datangnya musim semi. Hanami yang di lakukan oleh masyarakat jepang adalah dengan menggelar tikar di bawah pohon sakura untuk menikmati pesta makan-makan bersama keluarga, teman-teman, atau dengan kekasih mereka. Di musim semi akan banyak pesta dan festival yang di adakan. Tanggal 27 april - 6 mei merupakan Golden Week terpanjang dalam setahun karena tempat hiburan sudah full booking bagi masyarakat jepang yang sudah pasti akan menghabiskan waktu liburan terpanjang ini dengan pergi berlibur. Kyoto juga adalah salah satu kota yang paling sering di kunjungi untuk melihat sakura bermekaran.


       Kedua adalah musim panas (summer, natsu, ). Musim adalah musim yang paling tidak menyenagkan bagi sebagian besar masyarakat jepang. Mungkin lebih baik untuk tidak mengunjungi jepang ketika musim panas. Dehidrasi akan mengancam keselamatan jiwa bagi yang susah beradaptasi. Kelembaban udara sangat tingga. Bahkan ketika duduk pun keringat akan keluar dengan sendirinya tanpa harus berolah raga atau mengangkat bongkahan batu besar. Musim semi di tandai dengan mulai berubahnya daun-daun menjadi warna hijau, dan rontoknya bungan-bunga yang biasa mekar pada musim semi, termasuk bunga sakura. Saat-saat musim semi adalah saat-saat yang paling menyiksa karena suhu maximum bisa mencapai 30 derajat celcius. Jika musim semi akan tiba, sekolah-sekolah akan di liburkan selama 1 bulan penuh, dan itu biasa di sebut sebagai liburan musim panas. Banyak yang memilih menghabiskan waktu liburan mereka di pantai atau sekedar bermain-main di kolam, rasanya air sangat lumayan untuk membantu tubuh agar tidak terlalu merasakan panasnya suhu di jepang. Masyarakat jepang biasanya banyak berkunjung ke pulau Hokkaido bagian utara, seperti yang pernah gue baca di salah satu koleksi komik gue, katanya, suhu di hokkaido selalu dingin di musim apapun. Musim semi adalah musim di mana festival paling banyak di rayakan pada musim ini, sekitar sembilan jenis festival; Festival Tanabata. Hanabi (kembang api), O-Bon. Tsukimi. Hakata Gion Yamakasa (di Hakata, prefektur Fukuoka). Tenjin Matsuri (osaka). Awa Odori. Akita Kanto Matsuri (di kota Akita), dan Nebuta Matsuri. Biasanya, festival yang paling terkenal saat musim panas adalah festival Obon(11 agustus) dan Hanabi (melihat kembang api).


       Ketiga adalah musim gugur (autumn, aki, ). Musima gugur adalah musim di mana daun-daun rontok dan warna daun yang berubah menjadi warna orange, kuning dan merah, yang di sebut Momiji. Musim gugur adalah musim yang sangat di tunggu oleh masyarakat jepang. Hampir sama dengan saat mereka menantikan musim semi untuk melihat mekarnya bunga sakura. Di Tokyo, sepanjang jalan raya sudah di tanami Momiji berwarna kuning, terutama di jalan menuju Harajuku. Jika musim gugur tiba, jalanan di sana terlihat sangat indah. Menyaksikan saat-saat di mana daun-daun berubah menjadi warna orange, kuning dan merah adalah seperti melihat suatu keajaiban. Semuanya begitu indah jika daun-daun itu sudah berubah seluruhnya. Suhu di musim gugur juga jauh lebih nyaman dengan berakhirnya musim panas. Festival yang biasa di rayakan setiap musim gugur seperti festival Tsukimi (melihat bulan purnama), biasanya di rayakan pada tanggal 25 september sampai 23 oktober, dan Jidai (festival jaman) merupakan festival terbesar di Kyoto pada tanggal 22 oktober.


       Yang terakhir adalah musim dingin (winter, fuyu, ). Musim dingin adalah musim yang merubah semua tempat mejadi warna putih, dan itu seperti sedang melihat suasana yang berbeda, pemandangan seperti di dunia lain. Salju yang turun bisa menyerap suara sehingga suasana musim dingin selalu di liputi kesunyian. Saat musim dingin sudah tiba, para pekerja akan di liburkan 5 sampai 7 hari, dan berada di rumah untuk melihat saat-saat pertama salju mulai turun. Masyarakat selalu menyiapkan pakaian-pakaian untuk musim dingin, seperti sweater atau mantel, yang lainnya seperti syal, kaos kaki, kaos tangan, dan penutup kepala, juga heater (penghangat) untuk di gunakan di dalam ruangan. Masyarakat jepang juga di anjurkan untuk imunisasi influenza, khususnya bagi anak-anak.Musim dingin mudah membuat orang-orang terserang flu. Alat pemanas ruangan lain seperi Sutobo juga mulai di pasang di dalam ruangan, dan juga Kotatsu, meja pemanas kaki.


Jepang adalah salah satu negara yang sangat ingin saya kunjungi. Semoga kita bisa kesana bersama-sama.
Menikmati setiap musim di jepang pasti sangat seru, apalagi musim semi dimana bunga sakura yang sudah terkenal di seluruh dunia akan bermekaran dengan indah, dan banyak mendatangkan wisatawan untuk menyaksikan keindahannya. Selamat bagi kalian yang kalau suatu saat nanti lebih dulu mengunjungi negara "matahari terbit" lebih dulu dari pada saya. ^O^


Kamis, 01 November 2012

Sakura dan Edelweis #chapter 1



               Sakura dan Edelweis








Osaka, 20 Oktober, 2012


          Gadis bermata bulat dengan rambut hitam dan panjang itu menyelesaikan permainan biolanya dengan sangat menakjubkan dan di sambut tepuk tangan meriah oleh teman-teman yang menyaksikannya, seperti saat pertunjukan gadis itu sebelumnya.

"ini akan menjadi pertunjukan terakhir Hayashi Edelweis di Osaka, karena besok, dia akan berangkat ke Tokyo sekaligus menetap di sana" moderator acara langsung mengambil alih situasi setelah tepuk tangan penonton mereda. Di sampingnya, Hayashi Edelweis duduk dengan senyum lebar setelah memainkan biolanya dengan sangat memukau. Perempuan yang menjadi moderator itupun, memberikan kesempatan untuk Edelweis, agar gadis remaja itu bisa menjelaskan lebih detail tentang kepindahannya ke Tokyo. Pertunjukan ini bukanlah pertunjukan besar-besaran, ini hanya semacam perunjukan terakhir untuk High School-nya. Hayashi Edelweis akan melanjutkan sekolahnya di Tokyo, dan akan lebih mengasah bakatnya dalam bermain biola.

_______________


Amsterdam, 21 Oktober, 2012


          Nakashima Sakura, gadis dengan rambut sebahu berwarna agak kecoklatan itu sedang memasukan beberapa pasang pakaiannya ke dalam travel bag-nya
Gadis itu sudah sangat siap untuk terbang ke Tokyo malam nanti.

"apakah aku sudah terdaftar dengan resmi?" gadis itu bertanya sambil berusaha menyibukkan dirinya dengan memasukkan beberapa setelan bajunya ke dalam travel bag. Ia harus terlihat sangat sibuk, karena kalau tidak, ia tak akan bisa berjalan-jalan dengan sepeda sore ini, karena harus mengajari adik sepupunya bermain piano, dan pekerjaan menjadi guru piano tak resmi sangat menjengkelkan. Gadis itu tidak akan lagi melewatkan musim gugur di Tokyo seperti tahun-tahun lalu. Ia akan kembali ke Tokyo, tinggal disana bersama pamannya sementara orangtuanya akan tetap di Amsterdam.

________________


          Musim gugur memang sedang meliputi jepang sejak awal september sampai november depan. Menantikan saat-saat momiji* akan mucul sama halnya dengan menanti mekarnya bunga sakura pada musim semi. Musim gugur di Tokyo memang sangat indah. Di sepanjang jalan-jalan kecil, daun momiji sudah mulai berguguran dan membuat tanah seakan telah dihias. Tangga-tangga di taman atau di halaman pun sudah di penuhi oleh momiji yang sudah berguguran.

          Hayashi Edelweis, menatap gedung sekolah di depannya dengan takjub, bukan karena sekolah itu bagus atau besar, tapi, lebih karena rasa senang yang melingkupinya. Melanjutkan High School di Tokyo adalah impiannya, walaupun di Osaka ia sempat merasakan bagaimana masuk High School.

"apa kamu yakin di sini akan baik-baik saja?" Hayashi Kotaro bertanya pada adik perempuannya sambil melihat melalu kaca mobil.
"tentu saja, apa aku terlihat seperti gadis pembuat onar?" Edelweis menggerutu sambil melihat gerbang di depannya yang sudah sangat ramai.
"baiklah, jangan memasang wajah mendung di hari pertama mu di sekolah baru, kau tahu? yang ku dengar, anak laki-laki di sekolah ini tampan-tampan" Hayashi Kotaro berujar lagi, bermaksud untuk memprovokasi adiknya ini untuk segera mencari pacar. Hayashi Edelweis menghela nafas dengan berlebihan mendengar informasi tidak penting dari kakaknya.
"baiklah, aku akan mencari pacar yang paling tampan sampai aku tidak akan punya waktu lagi untuk pulang ke rumah dan mengurusi Oniichan" gadis itu mulai mengancam kakaknya, lagi. Ia tahu kalau Hayashi Kotaro tidak akan bisa hidup tanpanya. Tidak setelah orangtua mereka menitipkannya pada Hayashi Kotaro sejak hari ini, hari dimana Edelweis akan menetap di Tokyo bersama kakaknya.
"aah, baiklah, lebih baik kau tidak punya pacar seumur hidupmu" erang kakaknya. Edelweis tersenyum kecil.
"aku harus masuk sekarang, Oniichan tidak perlu menjemputku, aku akan pulang sendiri dengan bus, taxi, kereta, atau kendaraan apapun yang bisa membawaku sampai ke flat kita dengan selamat" ujarnya sambil membuka pintu mobil kakaknya.
"baiklah, nona. Selamat belajar, dan ingat! jangan mencari pacar karena aku tidak ingin kau mencampakkanku!" peringat Hayashi Kotaro serius. Edelwies tersenyum tak acuh lalu turun dari mobil kakaknya bersama tas berisi buku-buku pelajaran, dan biola kesayangannya tentu saja. Gadis itu melambaikan tangan ke arah kakaknya, kemudian melangkah masuk dengan senyum lebar.
___________

         Nakashima Sakura menggerutu tidak jelas sepanjang jalan menuju sekolahnya. Ia menggerutu kenapa suasana hatinya harus pekat di hari pertama ia masuk High School baru? Ini semua gara-gara Hashimoto Mizuki, pamannya yang tidak tau diri itu__hanya pagi tadi__ membuatnya jengkel karena tidak bisa mengantarnya ke sekolah dengan alasan ia harus mengantar pacarnya yang semalam memang menginap di flat mereka. Seharusnya, ia mengantar Sakura di hari pertama keponakannya itu masuk High School. Bukankah keponakan lebih penting dari pacar? mungkin. Lagipula, kenapa perempuan pamannya itu sama sekali tidak menolak saat akan diantar pulang dengan harus mengorbankan keponakan sendiri? Nakashima Sakura merasa kalau ia harus mulai menjauhkan pamannya dari perempuan seperti itu. Kalau nanti mereka berencana akan menikah, Sakura adalah anggota keluarga yang akan angkat tangan paling pertama, tidak setuju!. Gadis itu berhenti menggerutu saat langkahnya berhenti tidak jauh dari gerbang sekolah. Kedua matanya berbinar dan senyumnya merekah dengan sempurna, melupakan problem dengan pamannya semudah membalikan telapak tangan. Sekolah sudah sangat ramai, dan daun dari pohon-pohon yang berjejer di sepanjang jalan menuju sekolah memang sudah berubah warna menjadi kuning, merah, dan orange, momiji. Oh, gadis itu sangat memuja saat musim gugur di tanah kelahirannya.
 "Koishitai Gakuen" suara itu membuat Nakashima Sakura menoleh ke samping kanannya. Seorang siswa dengan rambut hitam, mata sipit khas Jepang, dan semua ciri-ciri itu terlihat seperti tokoh laki-laki dalam anime.
____________

          Seragam siswa dan siswi disini tidak begitu jelek, juga tidak begitu bagus. Masing-masing sekolah memiliki jenis seragam yang hampir sama. Di Koishitai Gakuen, untuk seragam siswa, jas berwarna hitam, dan kemeja putih di dalam. Di tambah dasi berwarna hitam-putih dengan corak garis-garis miring berselang antara hitam dan putih, yang terakhir adalah celana panjang berwarna cream. Sementara untuk siswi, jas hitam dengan garis putih di pinggirnya, dan kemeja berwarna putih polos di dalam, dasi berwarna biru terang, dan rok lipat selutut berwarna merah hati di tambah garis-garis tipis berwarna putih.
Setelah selesai menyanyikan Kimigayo*, semua siswa dan siswi di persilahkan untuk memasuki ruang kelas masing-masing.
          Nakashima Sakura menoleh dan mendapati siswa yang tadi berdiri di sampingnya di depan gerbang sekolah, sedang duduk di sampingnya. Mereka akan menjadi teman sebangku mulai hari ini. Sepertinya, bangku ini milik laki-laki itu. Di sini satu-satunya bangku kosong yang Sakura lihat saat pertama kali masuk kelas. Setelah guru laki-laki tadi mengenalkannya di depan kelas, kemudian keluar setelah menyuruh Sakura memilih sendiri bangku mana yang akan menjadi tempat duduknya.
"kau orang Tokyo?" laki-laki itu bertanya setelah menyadari kalau Nakashima Sakura sedang memperhatikannya dari tadi.

"oh? iya, aku akan menetap di Tokyo mulai hari ini" jawabnya dengan senyum lebar.
"mulai hari ini? lalu, dimana kau tinggal selama ini?" laki-laki itu bertanya lagi
"Amsterdam" jawabnya.
"bukankah Amsterdam itu di Belanda?"
"iya, kau pernah ke sana?" giliran Sakura bertanya. Laki-laki itu tersenyum sambil menggelang, kemudian menjawab "ah, tidak, aku hanya sering mendengarnya, aku bukan orang yang biasa bepergian jauh" jelasnya.
"jadi?", laki-laki itu mulai berbicara lagi," kau menghabiskan masa kecilmu sampai sekolah menengah di Amsterdam?." Sakura mengangguk lagi.
"apakah tidak sebaiknya kita berkenalan dulu sebelum saling bercerita?" Nakashima Sakura mengeluarkan pendapatnya, membuat teman duduknya itu tersenyum.
"kurasa kau benar" gumamnya pelan, kemudian mengulurkan tangan kanannya di depan Sakura
"Yamashita  Haru" ucapnya dengan senyum lebar. Sakura menyambut uluran tangan itu dengan hangat
"Nakashima Sakura." Yamashita Haru, teman pertama yang di dapatkannya di kelas ini, kelas XC.

__________


          Oh, Hayashi Edelweis tidak menyangka kalau dirinya akan menempati kelas XA, bukankah itu kelas X pertama? Gadis itu berpikir kalau ia lebih suka urutan ketiga atau ke-empat saat pembagian kelas.

"hei" suara itu membuat Hayashi Edelwes mendongak, dan mendapati seorang gadis berambut sebahu agak kemerahan berdiri di depannya, poninya sesekali terlihat hampir menutupi matanya.
"bolehkan aku duduk di sini? ini tempat duduk ku" tanyanya sambil menunjuk bangku yang masih kosong di samping Edelweis. Ternyata bangku di sebelahnya tidak kosong. Edelweis mengangguk pasti. Lalu mempersilahkan gadis berambut agak kemerahan itu menempati bangkunya sendiri. Lagipula kenapa dia harus minta ijin?
"Fujita Natsume, akhirnya aku punya teman duduk" gadis itu memperkenalkan diri setelah mengulurkan tangan kanannya di depan Edelwes.
"Hayashi Edelweis" Edelweis menyambut uluran tangan itu
"wow! namamu terdengar aneh" 
"benarkah?"
"matamu juga bulat, apa kau asli jepang dan selama ini tinggal di Tokyo?" Fujita Natsume bertanya dengan suara yang kagum.
"ayahku orang Belanda, dan ibuku asli jepang, aku tinggal di Osaka dan mulai hari ini akan menetap di Tokyo" Edelwes menjelaskan dengan perlahan-lahan. Fujita Natsume mengangguk-angguk mengerti.
"kau tahu? aku sudah dua hari duduk sendirian" lapor Fujita
"oh ya? kenapa?"
"aku berkelahi dengan teman dudukku. Akhirnya dia pindah tempat duduk karena kesal padaku. Itu bagus karena bukan aku yang harus repot pindah"  
"kedengarannya lumayan menarik, kalian pasti meributkan masalah anak laki-laki" tebak Edelweis. Kedua mata Fujita berbinar "bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya.
"aku hanya menebak, bukankah gadis seumuran kita memang seperti itu? kebanyakan" jawab Edelweis dengan senyum lebar.
"kau terdengar seperti gadis jepang asli "
"kau pikir aku palsu? aku hanya memiliki darah campuran, dan itu sama sekali bukan hambatan"
____________