Laman

Kamis, 29 November 2012

Sakura dan Edelweis #chapter 2


Hayashi Edelweis, mengisi formulir pendaftaran belajar biola itu dengan tekun. Gadis itu sama sekali tidak akan melewatkan kesempatan sebaik ini. Masuk Gakuen baru untuk hari pertama pagi tadi sungguh sangat menyenangkan. Fujita Natsume membantunya mengambil formulir itu di kelas senior, kelas XII A. Teman barunya itu sungguh percaya diri. Edelweis beruntung, kalau tidak ada Fujita, ia yakin tidak akan pernah berani menginjak kelas senior itu.
"ja__itadakimasu!" seru Hayashi Kotaro dengan semangat sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan sumpit yang sudah siap di tangan. Laki-laki itu sengaja membesarkan suaranya agar adiknya__Hayashi Edelweis__sadar kalau meja makan bukanlah tempat untuk menulis atau semacamnya, apalagi di gunakan untuk belajar.
"Oniichan!" Edelweis mengerang setelah menyelesaikan pengisian datanya kemudian menempelkan fotonya yang berukuran 3x4 di pojok kanan kertas, "tidak seharusnya kau berteriak di telinga ku" omel Edelweis belebihan, jelas-jelas kalau kakak laki-lakinya tidak berteriak di telinganya, hanya saja, suaranya tadi memang hampir terdengar seperti sebuah teriakan yang terjadi di dekat telinga, sangat dekat saking kerasnya.
"ayolah Hayashi-chan, ini bukan saatnya belajar" erang Kotaro. Edelweis meletakkan beberapa potong daging di atas nasinya, menjepitnya dengan sumpit, lantas memasukannya ke dalam mulut.
"aku sudah selesai" ujar Edelweis sambil mengunyah makanannya. Gadis itu kemudian baru menyadari kalau pakaian kakaknya sangat rapi.
"kenapa pakaian Oniichan rapi sekali malam ini? jangan bilang kalau kau ingin menarik perhatian adik mu ini agar tidak segera mencampakan mu, benar?"
"aku akan pergi kencan, dan aku tidak perlu menarik perhatian mu Hayashi-chan, itu sama sekali tidak penting, karena tanpa aku menarik perhatianmu pun, kau sudah tertarik pada Oniichan" Kotaro memuji diri sambil tertawa pelan. Edelweis langsung melemparinya dengan kacang merah, gadis itu memberengut.
"kenapa kau tidak mengajak teman baru mu itu untuk jalan-jalan? kau tahu? tidak ada seorangpun yang ingin melewatkan musim gugur di sini"
"Oniichan, aku hidup di Jepang sudah bertahun-tahun, dan aku tau kalau memang tidak ada seorangpun yang ingin melewatkan satu kali musim gugur pun setiap tahunnya, jadi? Oniichan tidak perlu menceramahiku dengan wajah seperti itu"
"oh? i see" Kotaro mengangguk dengan wajah bosan, menyesal sudah menasehati adiknya yang hampir terlupakan kalau Edelweis memang hidup di jepang selama ini, meskipun bukan di Tokyo.
"lain kali, Oniichan harus mengenalkannya pada ku, aku akan menilai apakah wanita itu cocok untuk mu atau tidak, aku tidak ingin memilki kakak ipar yang jahat, kau tahu?"
"oh, astaga! kau memang adik yang sangat baik" erang Hayashima Kotaro dengan wajah kusut. Laki-laki itu menegak minumannya, kemudian bangkit dari duduknya.
"sebaiknya kau berjalan-jalan, bukankah di Osaka tidak ada Shibuya 109*?" Kotaro berusaha memberi sedikit pencerahan dalam hati adiknya, agar gadis itu sebaiknya berjalan-jalan di daerah Tokyo, karena Kotaro yakin kalau Edelweis sama sekalu buta dengan apapun yang ada di Tokyo. Jika berkunjung kemari saat masih sekolah menengah dulu, gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berlatih biola, dia hanya pergi keluar untuk jalan-jalan kalau provokasi yang di lakukan Kotaro maupun Ayah dan Ibu mereka berhasil.
"baiklah, sejak kapan Oniichan berubah cerewat seperti Ibu?" Edelweis menggerutu. Gadis itu bangkit dari duduknya setelah menegak minumannya. Kotaro tersenyum senang.
"kau harus mengajak Fujita, anak itu sepertinya akan menjadi guide yang cocok untuk mu" Hayashi Kotaro memberi masukan apa yang harus di lakukan adiknya agar saat jalan-jalan keluar nanti. Edelweis tidak terlihat seperti orang bodoh karena sibuk mencari jalan mana yang benar.
"oh, astaga! aku tau jalannya Oniichan! aku bisa membaca! sebaiknya Oniichan pergi sebelum aku mengacak wajah jelek mu itu dengan membabi buta" ancam Edelweis, kekesalannya terbit. Gadis itu berpikir, apakah Ibu mereka pernah pulang ke Tokyo tanpa sepengetahuannya dan mengajari kakaknya cara menjadi orang dewasa seperti dirinya? 
"wow! sepertinya aku harus cepat menyelamatkan wajahku di malam kencan yang penting ini. Sampai ketemu tengah hari nanti Hayashi-chan, sungguh, Oniichan pasti akan merindukanmu!" ujar Kotaro berlebihan dengan senyumnya yang jelas sedang mempermainkan adiknya.Edelweis memberengut. Setelah Kotaro pergi, ia merapikan rambut panjangnya dengan menyisir menggunakan jari, kemudian memakai sweater kuningnya, lalu memasang sepatu boot berwarna senada untuk melindungi kakinya. Edelweis tidak berpikir untuk menghubungi Fujita, ia tidak ingin kalau Fujita Natsume kaget karena ajakan Edelweis yang mendadak. Lagi pula,ia bukan anak kecil yang tidak tau arah jalan, ia pernah beberapa kali ikut Ayah dan Ibu untuk menjenguk Kotaro.
___________



"Kenapa kau mengusir Yoichi Oniisan? dasar anak bodoh!" Nakashima Sakura menjitak kepala Yamashita Haru dengan keras, membuat laki-laki itu mengusap kepalanya yang memang terasa agak sakit.
"bukankah kita baru berteman pagi tadi? kenapa kau sudah berani memukul kepala ku? dasar gadis manis!" omel Haru dengan suara serius, tapi mata laki-laki itu tersenyum. Sakura baru saja akan balik mengomeli Haru ketika gadis itu menyadari tiga kata terakhir yang baru saja di ucapkan laki-laki itu.
"apa? coba kau ulangi?" nada suara Sakura terdengar jelas kalau gadis itu tidak suka di goda.
"ulangi yang mana?" Haru bertanya seolah-olah ia benar-benar tidak mengerti apa yang Nakashima Sakura maksud. Gadis itu langsung menggerutu tidak jelas sepanjang jalan kecil yang di penuhi oleh orang-orang yang akan mengunjungi Shibuya 109. Yamashita Haru tertawa kecil, senang melihat perubahan wajah Sakura yang entah sejak kapan membuat rasa takutnya terhadap apapun yang ada dalam dirinya menguap begitu saja.
"kira-kira, Yoichi Oniisan pergi kemana setelah kau usir?" Sakura bertanya dengan wajah serius. Gadis itu terus berjalan bersisihan dengan Haru sambil melihat sekelilingnya. Musim gugur yang sangat di nantikan akhirnya ada di sekelilingnya. Momiji yang berguguran, jalanan yang penuh dengan daun bintang berwarna merah, orange dan kuning. Gadis itu begitu membanggakan setiap musim gugur terjadi, hawanya yang sejuk dan nyaman membuat gadis itu merasa bisa tidur sambil berjalan.
"dia tidak akan hilang walaupun kau meninggalkannya di tengah hutan, kau tahu?" Haru menjawab sambil merapatkan jaket hoodie-nya yang tebal. Nakashima Sakura menoleh, menatap Haru dengan wajah heran kemudian berkata "kau tahu ini musim apa?" gadis itu bertanya. Haru tertawa kecil lalu menyahut "musim gugur, kau tidak perlu memberitahuku Sakura-chan, bagaimanapun aku lahir dan besar di sini" Haru menyombongkan diri. Ia ingin melihar wajah cemberut gadis itu lagi
"lalu? bagaimana bisa kau memakai jaket setebal ini saat musim gugur? hawanya sama sekali tidak dingin, kau tahu? aku hanya merasa resah melihatmu seperti itu"  protes Sakura,gadis itu memukul-mukulkan tangannya pelan di permukaan jaket Haru.
"Sakura-chan, aku lebih baik memakai jaket setebal ini, bahkan saat musim panas sekalipun, aku tidak ingin Oniichan membuntutiku terus sepanjang hari. Kalau aku tidak memakai jaket malam ini, kau pikir aku bisa menemanimu jalan-jalan?"
"kenapa? ku pikir, Yoichi Oniisan memang sangat protektif pada mu, kelihatannya dia sangat terobsesi pada adiknya sendiri" Sakura tertawa kecil, gadis itu bermaksud menggoda Haru mengenai Yamashita Yoichi yang memang terlihat sangat protektif pada adiknya sendiri.
"jangan menertawakan ku, dia memang seperti itu. Tapi, berterimakasihlah karena Oniichan sudah mengizinkanku untuk menemani mu jalan-jalan malam ini,kalau tidak? aku yakin kau akan menangis di tengah kota karena tidak tau jalan pulang" Haru mencibir, kemudian ganti laki-laki itu yang tertawa.
"kau ingin makan?" Haru bertanya
"ramen, aku ingin makan ramen"seru Sakura bersemangat.
"mau makan di yatai*? atau kau ingin makan di tempat yang elit?"
"di yatai saja, tapi Yoichi Oniisan bagaiman? kita harus mencarinya untuk makan bersama" Sakura berkata sambil melihat sekelilingnya, mencoba mencari apakah Yamashita Yoichi masih di sekitar mereka
"tidak usah perdulikan Oniichan, kalau dia lapar, dia bisa mencari makanan sendiri, percayalah, Oniichan sangat menghafal setiap jalan sampai di sudut Tokyo" ujar Haru yang tidak tau pasti kenapa gadis di sebelahnya ini sangat mencemaskan kakaknya.
"aku percaya, tetapi makan bersama lebih baik, bukan?"
"jadi?"
"kita harus mencarinya dulu, coba kau hubungi ponselnya Haru-kun" perintah Sakura. Haru mendesah bosan, kemudian menghubungi ponsel kakaknya dengan tidak tidak sabar.

_____________

Hayashi Edelweis hampir saja jatuh karena berbenturan dengan beberapa bahu orang-orang yang juga sedang menyeberang,ia agak melamun saat akan menyebrang ke sebelah kiri jalan. Gadis itu berpikir, apakah saat menyebrang jalan seramai ini? Seseorang menarik lengannya dengan pelan agar kembali berdiri tegak. Itu bagus, karena kalau tidak, Edelweis yakin kalau ia akan di anggap makhluk tak kasat mata hingga siapapun akan menginjak, menendang atau bahkan meludahinya.
"Shibuya sangat ramai, jadi jangan mencoba untuk menyebrang jalan sambil melamun nona" suara itu membuat Edelweis mendongak, dan gadis itu mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut hitam dan mengenakan kaos panjang berwarna hijau tua. Laki-laki itu kemudian melepaskan tangannya saat memastika kalau Edelweis sudah benar-benar berdiri dengan tegak, dan mereka sudah berhasil ke menyebrang dengan selamat.
"maaf" ucap Edelweis sambil membungkuk beberapa kali.
"bukan masalah" laki-laki itu mengibaskan tangan kanannya, kemudian melanjutkan "kau pasti tidak pernah mengunjungi Shibuya sebelumnya, karena kalau orang yang sudah mengunjungi Shibuya, tidak akan pernah mencoba untuk melamun saat menyebrang jalan"
"terimakasih" ucap Edelweis,gadis itu membungkuk lagi.
"kau murid baru, bukan?" laki-laki itu tiba-tiba bertanya.
"hm?" Edelweis mengerjapkan matanya, bingung.
"Koishitai Gakuen, kau sekolah disana, bukan?" laki-laki itu bertanya lagi, memastikan, dan jelas ingin tau.
"oh? i-iya, Koishitai Gakuen, bagaimana kau tau?" Edelweis bertanya dengan wajah yang masih bingung. Laku-laki itu menoleh sebentar, menatap jalanan di depan mereka, dengan beberapa yatai berjejer dengan rapi, kemudian kembali menatap Edelweis
"aku melihatmu datang ke kelas untuk mengambil formulir pendaftaraan club biola, bersama teman mu yang rambutnya agak kemerahan, bukankah itu kau?" laki-laki itu bertanya lagi, memastikan kalau gadis di depannya ini adalah gadis yang sama yang datang ke kelasnya pagi tadi untuk mengambil formulir pendaftaran club biola.
Edelweis tersenyum, kemudian mengangguk "itu memang aku, tapi kenapa aku tidak melihat mu saat masuk ke kelas itu?"
"bagaimana mungkin kau bisa melihatku,kalau kau hanya sibuk memperhatikan lembaran pendaftaran sampai saat keluar dari kelas?" jelas laki-laki itu dengan senyum lebar. Hayashi Edelweis langsung tertawa kecil. Laki-laki itu benar, ia memang hanya sibuk mengamati formulir pendaftaran itu sampai ke luar dari kelas. Saat masuk pun,ia cuma berjalan di belakang Fujita Natsume sambil menatap punggung temannya itu, masih tidak berani untuk melihat kemana-mana.
Keduanya kaget saat tiba-tiba ada dering ponsel yang terdengar nyaring, ternyata ponsel laki-laki itu yang berbunyi.
____________

"Oniichan? kau dimana?" Haru bertanya dengan wajah di tekuk.
"aku disini!" serunya di ujung telepon. Haru dan Sakura menoleh ke belakang, dan mendapati Yamashita Yoichi berdiri agak jauh di belakang mereka sambil melambaikan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang ponsel.
"sudah ku duga" desah Haru dengan wajah yang semakin di tekuk, kemudian memutuskan sambungan telepon. Sementara Yamashita Yoichi,sedang berjalan ke arah mereka.
"kau menduga apa, Haru-kun?" tanya Sakura
"dia pasti tidak akan pergi jauh, dan dia akan membututiku terus sampai acara jalan-jalan kita malam ini, berakhir." 
"wah-wah, sepertinya Yoichi Oniisan memang sangat terobsesi padamu, dia pasti berpikir kalau kau lepas dari pandangannya,kau akan di culik penjahat, lalu di bunuh, dan mayat mu akan di temukan besok paginya, mungkin dia menghawatirkan itu" gadis itu tertawa, analisis asalannya langsung mendapat hadiah satu pukulan pelan di kepalanya.
"dasar!" gerutu Haru.
Yoichi menghampiri mereka dengan wajah agak cemas, kemudian bertanya pada Haru "kau tidak apa-apa?"
Haru mendelik kesal. Sementara Sakura, gadis itu langsung tertawa, kali ini cukup keras sampai Haru harus membungkam mulut gadis itu agar berhenti tertawa mengejeknya. Haru melepaskan tangannya dari mulut. Sakura ketika menyadari kalau kakaknya menghampiri mereka tidak sendiri, tetapi dengan seorang gadis seusia mereka, dengan sweater kuning, dan yang aneh, matanya bulat, tidak seperti mata mata orang jepang yang seharusnya sipit.
"siapa?" Haru menatap kakaknya tidak mengerti. Yoichi menoleh, menatap gadis yang baru saja di kenalnya itu, kemudian kembali ke wajah adiknya "teman Oniichan" jawabnya. Sakura dan Haru kemudian menatap gadis itu agak ragu, kemudian kedua orang itu berebut siapa yang lebih dulu mengenalkan diri. Yamashita Haru akhirnya mengalah, laki-laki itu akan balas dendam nanti, lihat saja.
"Nakashima Sakura" kenal Sakura dengan senyum lebar.
"Hayashi Edelweis" jawabnya setelah menyambut uluran tangan Sakura.
"Yamashita Haru" giliran Haru yang mengenalkan diri, tentu saja setelah laki-laki itu mendepak Sakura dari hadapan gadis itu.
"Hayashi Edelweis" gadis itu mengucapkan namanya lagi.
"hei, berarti kita sama-sama murid pindahan, bukan?" suara Sakura terdengar sangat senang
"iya, aku baru pindah pagi tadi"
Yamashita Yoichi langsung menyela dan bermaksud untuk melanjutkan obrolan Sakura dan Edeweis setelah mereka mendapatkan tempat duduk.
 "jadi? kita mau kemana sekarang?" tanyanya.
"yatai!" Sakura dan Haru langsung berseru bersama, karena kedua orang itu memang sudah berencana ke yatai untuk makan ramen.
Mereka lalu memasuki sebuah yatai dengan dominasi tirai berwarna merah. Yamashita Yoichi duduk paling ujung sebelah kiri,kemudian Hayashi Edelweis duduk di sebelah kakan Yoichi, lalu berlanjut dengan urutan selanjutnya Nakashima Sakura, kemudian Yamashita Haru menenpati tempat duduk paling kanan. Empat mangkuk ramen yang sudah di pesan pun, sudah berada di depan mereka masing-masing. Mereka baru saja akan mulai makan ketika ponsel Yoichi berdering, dan ketiga orang itu menatap sang pemilik ponsel. Yoichi tersenyum, merasa tidak enak karena dering poselnya mengganggu ketiga orang yang sepertinya sudah siap untuk makam.
"aku akan mengangkat telepon sebentar, kalian boleh makan lebih dulu, tidak usah menungguku" ujar Yoichi, kemudian berjalan keluar dari tenda untuk menjawab telepon.
"menurutmu, siapa yang menelpon?" Sakura bertanya pada Haru
"pasti Ibu" jawab Haru sambil mengaduk mie-nya. Laki-laki itu kelihatan mulai resah, kalau Ibu sudah menelpon, dan yang di telepon adalah kakaknya, pasti ada sesuatu yang akan di katakan Ibu pada Yoichi, tentang Haru lagi, dan itu membuat Haru merasa semakin tertekan.
"Hayashi-chan, kau di kelas berapa?" tanya Sakura
"aku di kelas X A, kalian?"
"aku dan Haru-kun di kelas X C, anak bodoh ini teman sebangku ku" ujar Sakura sambil bercanda. Mereka kemudian mulai makan sambil bercerita. Sementara Yamashita Haru, menyeruput mie-nya sambil melamun. Yamashita Yoichi masuk kembali ke yatai empat menit kemudian. Haru langsung menoleh bagitu melihat kakaknya masuk. Laki-laki itu menatap kakaknya dengan serius.
"jangan menatap ku seperti itu. Kau boleh pulang kapan saja kau mau, asal kau menurut pada ku" ujar Yoichi menyadari kalau adiknya sedang menatap terus ke arahnya. Haru tersenyum lebar.
"apa maksudnya?" bisik Sakura ke arah Haru.
"keluarga yang protektif, bukan hanya kakak ku saja" jawabnya.
"astaga! aku akan merasa sangat frustasi kalau aku seperti dirimu Haru-kun, kau tahu? aku bukan tipe orang yang suka di atur-atur tentang apa yang ingin aku lakukan" desah Sakura berlebihan, ekspresi wajahnya menandakan kalau gadis itu begitu ber-empati pada Haru.
"karena itu, lain kali kau harus membantu ku kalau kau ingin ku temani seperti ini lagi, mengerti?"
"aku membutuhkan guide seperti mu, Haru-kun" ujar Sakura mencoba membuat lelucon sambil memegangi dadanya seolah ia merasa sangat sedih kalau sampai Haru tidak bisa menemaninya lagi.
"kau ini!" Haru memukul pelan kepala Sakura lagi. Dan Sakura tertawa lagi untuk kesekian kalinya.
_____________

Tidak ada komentar: